Papua merupakan wilayah bagian Timur Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa. Wilayah yang kaya dengan berbagai vegetasi perpaduan spesies Benua Asia dan Australia. Masyarakat Papua sebagian besar menggantungkan kehidupannya pada hutan alam. Berdasarkan Analisis FWI pada tahun 2014. Daratan Papua didominasi oleh hutan alam yang mencapai 86% dari luas daratan nya. Dominansinya hutan alam di Papua, selalu terancam dengan deforestasi dan degradasi yang disebabkan oleh massifnya aktivitas Industri Ekstraktif yang mengkonversi hutan alam. Forest Watch Indonesia mencatat dalam kurun waktu tahun 2013-2017, Di Wilayah Papua terjadi deforestasi seluas 1893 ribu hektare per tahun. Dan hingga tahun 2017, luas hutan alam di Papua sekitar 337 juta hektare atau mencapai 81% daratan. Pembangunan menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi terjadinya perubahan di wilayah Papua. Dalam menjalankan proses pembangunan strategisnya, Pemerintah melakukan kesalahan pendekatan dalam memandang orang-orang Papua dan Wilayahnya. Hal itu terlihat dari penerapan pembangunan Wilayah Papua yang sama dengan wilayah lain di Indonesia, membangun Papua ala Jawa. Tambrauw merupakan salah satu contoh kasus pembangunan yang lahir ditengah arus pembangunan nasional yang mulai pesat (era Presiden SBY). Tambrauw menjadi wilayah yang unik karena lokasinya yang berada di tengah dua pusat Kegiatan Ekonomi (Sorong-Manokwari), selain itu menjadi tantangan tersendiri, karena kabupaten Tambrauw mendeklarasikan sebagai kabupaten konservasi namun pembangunan di wilyahnya massif berjalan. Pada kenyataannya banyak wilayah di Tambrauw yang dibuka untuk jalan adalah wilayah yang tidak dilalui kampung atau permukiman. Bahkan lokasi sebaran kampung di Kabupaten Tambrauw belum sepenuhnya teridentifikasi. Kondisi kini, bahkan banyak muncul kampung-kampung Fiktif akibat dari fenomena pemekaran yang terjadi di Tambrauw. Lantas sebenarnya pembangunan infrastruktur jalan tersebut untuk apa dan siapa?